Saturday, April 30, 2016

Hukuman yang Salah (Wrongful Conviction) #JIS #Justice4Innocent



Jika ada bertemu wanita muda di foto ini di jalan, dia mungkin mengingatkan anda pada seseorang - saudara perempuanmu, teman sekolah anda dulu, kolega anda, atau tunangan anda. Dan dia adalah semua itu bagi seseorang. Hingga April yang lalu, Afrischa Setyani adalah seorang perempuan muda yang bahagia, berpekerjaan dan merencakan pernikahannya pada Oktober 2014. Tetapi semuanya berubah dratis saat polisi datang ke kosnya  bersama adiknya di Cinere, Jakarta, menangkapnya atas tuduhan sodomi dari orang tua murid di Jakarta Intercultural School (dulu Jakarta International School).


Menurut para wali murid ini, perempuan muda ini memegang anak mereka sementara 5 orang petugas kebersihan lainnya melakukan pelecehan seksual padanya. Sejak awal, ceritanya tidak masuk akal. Bahkan ketika banyak orang pada awalnya berpikir bahwa telah terjadi perkosaan, pemikiran bahwa seorang perempuan muda dan terpelajar dengan latar belakang dan prospek seperti Afrischa akan ikut serta dalam perbuatan keji tersebut tidak terlihat masuk akal. Seiring dengan terungkapnya kebenaran, komunitas JIS dan banyak yang lainnya meyakini bahwa anak-anak muda adalah korban yang tak bersalah dari keserakahan dan korupsi. Mereka telah ditahan meskipun dengan bukti-bukti yang lemah dan saksi ahli yang kualifikasinya yang dipertanyakan selama proses pengadilan. Mereka bersumpah bahwa pengakuan pertama mereka dilakukan dengan terpaksa dalam siksaan polisi, dan salah satunya meninggal saat dalam tahanan. Semua petugas kebersihan akan mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi.

Mari kita telaah bukti-bukti tentang Afrischa. Dia berusia 24 tahun, lahir di Kudus, Jawa Tengah dimana orang tuanya hidup dari berjualan sayur. Pendidikan merupakan sesuatu yang berharga di keluarganya, dan mereka bekerja keras untuk memastikan Afrischa mendapatkan pendidikan. Sebagai seorang anak dan remaja, Afrischa senang membaca, dan dia merupakan siswa beprestasi dalam pelajaran matematika. Dia anak yang aktif dan bermain voli. Setelah lulus dari SMU, dia datang ke Jakarta untuk mencari pekerjaan.

Saat dia diterima kerja di ISS -- Perusaan Denmark -- dan ditugaskan di Rumah Sakit Prikasih di Jakarta Selatan, orang tuanya begitu senang. Sebagai anak sulung dari 4 bersaudara, dia membantu membiayai sekolah adik-adiknya. 2 orang adiknya telah lulus SMU juga, dan yang ketiga masih bersekolah, meskipun tak tahu bisa bertahan berapa lama tanpa bantuan keuangan dari Afrischa. Dia bertemu dengan tunangannya di RS Prikasih, seorang mekanik yang mana Afrischa belajar memanjat gunung darinya. Mereka berencana untuk menikah dengan bantuan dari tantenya Afrischa, yang rencananya akan dilangsungkan pada Oktober tahun kemarin di kampungnya di Jawa, dan kemudian dipestakan lagi di Jakarta Januari tahun ini. Dia bermimpi mengenakan kebaya putih yang indah di upacara pernikahannya.

Pada November 2013, ISS memindahkan Afrischa ke Sekolah Pondok Indah Elementary JIS dimana dia bertugas sebagai petugas kebersihan. Tujuh bulan kemudian, ia dituduh melakukan kejahatan pelecehan anak. Sejak awal, ia mengaku tidak bersalah, dan dengan penasehat hukum yang baik, merupakan satu-satunya petugas kebersihan yang ditahan yang terhindar dari paksaan untuk menandatangani pengakuannya. Meskipun demikian ia tetap ditahan dan akhirnya didakwa.

Selama masa penahanan dan sidang Afrischa, tunangannya selalu bersamanya, dan 100% yakin dia tak bersalah. Ketika dia menerima hukuman 7 tahun penjara, dia hanya berkata, "Afrishkaldera, mungkin banyak gadis yang cantik dan setia di luar sana di dunia ini, tapi engkau istimewa dan special untukku. Aku tak punya alasan untuk meninggalkanmu; Aku tahu kamu tak bersalah. Aku akan menunggumu, berapapun lamanya."

Setelah hakim membacakan putusannya, Afrischa menegakkan bahunya, dan dengan kepala tegak, menghampiri para hakim dan menyalami mereka. Tak satu pun dari mereka melihat matanya.

Mereka yang mengenal Afrischa mengagumi karakternya yang kuat luar biasa. Atasannya, Ibu Dewi, menggambarkannya sebagai seorang pekerja yang "rajin, beretika, dan efisien." Perempuan muda yang pendiam, dia sering makan siang dengan cepat selama jam makan siang di JIS agar bisa sholat. Ibu Afrischa mengatakan, " Afrischa orangnya lurus dan tahu apa yang ingin dicapainya. Dia orangnya baik sekali dan murah hati, mau berbagi dengan adik-adiknya dan teman-temannya, dan rutin membantu mereka yang kurang beruntung. Dia selalu memberikan sesuatu kepada pengemis anak-anak dan tua dan kepada para pemulung." Teman-temannya menggambarkannya sebagai orang yang "baik, pendiam, dan karakter yang bermoral kuat" yang senang teman-temannya datang ke rumahnya.

"Rumah" Afrischa saat ini adalah Rutan Pondok Bambu, di mana dia menunggu kesempatan untuk melakukan banding ke Mahkamah Agung. Bandingnya di Pengadilan Tinggi ditolak. Dia tinggal di sel berukuran 8x10m dengan 13 orang penghuni lainnya. Selnya memiliki toilet yang terbuka dan lampu yang hidup 24 jam sepanjang waktu. Ada 10 kasur untuk 14 orang dengan seprei yang disediakan dari keluarga para tahanan. Tidak semua bisa membelinya. Tante Afrischa mampu memberikannya kasur dan seprei.

Bagi kebanyakan orang, ini merupakan sebuah kebodohan, tetapi bahkan dalam kesulitannya, Afrischa tetap menawarkan bantuan dan penghiburan kepada orang lain, membagi makanannya dengan teman satu selnya dan membacakan Al-Qur'an untuk mereka. Setelah sholat Maghrib, dia melanjutkan membaca dan berdoa hingga dia tertidur. Dia percaya bahwa ujian ini hanya akan membuat dirinya semakin kuat dan taat, dan saat ini dia berpuasa dua kali seminggu. Dia datang ke perpustakaan, dan melewati waktu dengan mengajarkan teman-teman selnya membuat gantungan kunci dan dompet dari manik-manik. Dia memberikannya kepada para wali murid JIS dan guru yang mendukungnya melewati masa-masa sulit.

"Hal tersulit dari mimpi buruk ini", kata Afrischa, " adalah jauh dari keluarga yang aku cintai disaat mereka begitu mengkhawatirkanku. Aku kangen sekali dengan mereka.

Tetapi," dia menambahkan, sambil melipat tangannya, "Aku belajar banyak dari ketidakadilan ini. Aku telah belajar untuk jangan pernah takut jika kamu tahu kamu benar. Jangan berhenti berdoa. Jangan pernah menyerah. Aku tidak bisa bilang ini sebuah tragedi, tapi sebuah berkat karena meskipun aku telah salah dituduh, aku jadi lebih dekat dengan Tuhan. Aku telah berkembang menjadi pribadi yang kuat karenanya, dan karena semua cinta dan dukungan yang aku dapatkan dari keluarga besar JIS. Aku tak bersalah, dan aku yakin dengan bantuan Tuhan, aku akan menang banding dan dibebaskan."

Saya tidak percaya perempuan muda yang diam dan sabar ini mampu melukai anak kecil manapun. Saya yakin bahwa seseorang berusaha mendapatkan 125 juta dolar dengan mengorbankan nama baik anak-anak muda ini, masa depan keuangan keluarga mereka and tahun-tahun berharga dalam kehidupan mereka. Saya ingin percaya bahwa sistem hukum di Indoensia akan memberikan keadilan pada mereka. Saya tahu Afrischa dan rekan-rekannya tidak bersalah. 

Saya mohon, jika anda menjunjung tinggi kebebasan dan HAM, bergabunglah dengan saya memohon transparansi dan proses hukum yang adil dalam pengajuan banding berikutnya.


Catatan:
Artikel ini merupakan tejemahan dari artikel ini -> Wrongful Conviction dengan sepengetahuan penulisnya, Ibu Kristan Julius @kcjulius.
Gambar dan foto diambil dari artikel yang sama.

No comments:

Post a Comment